Kamis, 22 Desember 2011

Asuhan Keperawatan Endokarditis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ENDOKARDITIS

Pengertian
Radang pada lapisan jantung yang paling dalam yang terdiri dari lapisan selaput lendir.
1. Endokarditis Infektif
2. Endokarditis Non Infektif
Ad. 1. Endokarditis Infektif
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada endokardium atau pembuluh darah besar.
Endokarditis Infektif dibedakan berdasarkan gambaran klinisnya :
• Endokarditis bakteial subakut
• Timbul dalam beberapa minggu atau bulan
• Disebabkan oleh bakteri yang lebih ganas seperti Sterptococus viridans
• Endokarditis Bakterial akut
• Timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
• Dengan tanda – tanda klinik yang lebih berat
• Disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti Stafilokokus aureus
Ad. Endokarditis Non Infektif
Disebabkan oleh faktor Trombosis yang disertai dengan vegetasi.
Didapatkan pada penderita stadium akhir dari proses keganasan.
Endokarditis berdasarkan jenis katub jantung yang terkena infeksi dibedakan menjadi 2 :
 Native valve endokarditis yaitu infeksi pada katub jantung alami.
 Prognetic valve endokartis yaitu infeksi pada katub jantung buatan.
 Epidemiologi
Epidemiologi sering terdapat pada penderita dengan kelainan jantung maupun kelainan katub akibat reuma, kelainan bawaan atau prolaps katub mitral, katub jantung bawaan.
Tanpa kelainan jantung sebelumnya maupun penderita dengan ketergantungan obat atau anak dibawah 2 tahun dengan infeksi yang berat.
 Faktor Predisposisi
Kelainan – kelainan yang dapat menjadi predisposisi :
o Kelainan katub jantung, terutama penyakit jantung rematik.
o Katub buatan.
o Katub yang floppy pada sindrom marfan.
o Tindakan bedah gigi atau orotaring yang baru.
o Tindakan pembedahan pada saluran urogenital atau saluran pernafasan.
o Pecandu narkotika.
o Kelainan jantung bawaan PDA, VDS.
o Luka bakar.
o Hemodialisis.
o Penggunaan kateter vena sentral dan pemberian nutrisi parenteral yang lama.
Endokarditis infektif juga terjadi tanpa adanya kelainan katub atau faktor predisposisi terutama pada lansia.
 Gejala Klinis
Gejala timbul kurang lebih 2 minggu setelah masa inkubasi dengan kelainan seperti kelenjar infeksi yang umum antara lain : panas yang tidak terlalu tinggi, sakit kepala, nafsu makan kurang, lemas, berat badan turun.
Timbulnya gejala karena komplikasi seperti gagal jantung, gejala emboli pada organ tubuh yang terkena maupun gejala neurologis.
Sakit dada, sakit perut kiri atas, hematuria, tanda ischemia di ekstremitas.
Endokarditas Infektif Akut :
Tanda – tanda infeksi (panas tinggi menggigil).
Petechiae.
Splinter hemorrhage.
Osler`s nodes.
Emboli  Infark.
 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium  Darah.
 Lekositosis tinggi.
 Anemia normrkromnormositer.
 LED tinggi.
 Ig serum tinggi.
 Uji fraksi gamaglobulin bertambah.
 Total hemolitik komplemen & komplemen C³ dalam serum menurun.
 Kadar bilirubin darah tinggi.
Urine
 Proteinuria .
 Hematuria secara mokroskapis.
2. EKG
Menunjukkan perluasan infeksi ke otot jantung.
3. Ekokardiografiuntuk :
Melihat vegetasi pada kutub aorta.
Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium.
Mencari penyakit yang menjadi faktor predisposisi endokarditis.
Penutupan katub mitral.
4. Pemeriksaan rontgen.
Untuk melihat adanya klasifikasi pada katub.
 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria sbb :
1. Septikemia.
2. Kelainan Jantung bawaan.
3. Demam yang lama.
 Komplikasi
1. Gagal jantung.
2. Emboli.
3. Aneurisma nekrotik.
4. Gangguan neurologi.
 Th / : 1. Tirah baring
2. Farma kotepi : Penicillin G.
Penicillin V .
Streptomicin, gentamicin.
3. Pengob suportif.
4. Pembedahan.
5. Diet.
 Pragnosis
Pragnosis jelek bila ditemukan :
1. Payah jantung.
2. Mikrooranisme yang resisten terhadap antio.
3. Pengobatan yang terlambat.
4. Bakterimia.
5. Infeksi yang terjadi sesudah pemasangan katub prostetik.
6. Orang tua tanpa panas dan keadaan umum yang buruk.
 Pengkajian data dasar
Riwayat atau adanya faktor – faktor resiko.
Px fisik berdasarkan pengkajian status kardiovaskuler .
Px diagnostik .
Kaji perasaan ps dan masalah – masalah tentang kondisi distress.
 Dx Keperawatan
Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis.
Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan tentang kondisinya.
Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari infeksi.
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d koping yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup.
 Int ervensi
Dx 1
Rencana tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan daya tahan terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
Pantau toleransi terhadap aktivitas.
Periksa denyut nadi sebelum dan sesudah aktivitas.
Rencaakan aktivitas yang memungkinkan untuk periode istirahat.
Kurangi aktivitas pasien.
Bantu aktivitas sehari – hari sesuai keperluan .
Anjurkan pasien untuk tirah baring.
Rasionalisasi :
Ketahanan fisik dapat ditingkatkan ketika aktivitas yg dilakukan bertambah.
Intervensi ini sebagai indikasi bahwa pasien mempunyai batas aktivitas max.
Tirah baring mengurangi beban kerja jantung dengan mengurangi energi .yang dibutuhkan tubuh.
Dx 2
Rencana tujuan : Rasa cemas pasien berkurang dengan kriteria ekspresi wajah rileks, ps mengerti tentang kondisinya.
Rencana tindakan :
Jelaskan kepada pasien tentang keadaanya.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Alihkan perhatian pasien.
Libatkan keluarga dalam keperawatan.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Konsulkan pada dokter jika pasien tetap cemas.
Rasionalisasi :
Kecemasan menimbulkan suatu stres tambahan terhadap keadaan jantung.
Keluarga adalah orang terdekat dari pasien yang mengerti benar tentang keadaan pasien sehingga keluarga mampu memberi dukungan mental kepada pasien.
Dx 3
Rencana Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur pasien terpenuhi dengan kriteria pasien tidak menggigil dan keringat berkurang, suhu 36 - 37º C.
Rencana Tindakan :
Observasi suhu tubuh.
Ciptakan lingkungan yang nyaman (tempat tidur, pakaian).
Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut tipis.
Lakanakan terapi dari dokter.
Dx 4
Rencana tujuan : Pasien mau melaksanakan perawatannya dirumah dengan kriteria pasien dapat menerima tanggung jawab untuk melakukan perawatan diri sendiri, pasien mau shering dengan petugas kesehatan, tentang perasaan dan masalah-masalah perubahan gaya hidupnya.
Rencana tindakan :
Yakinkan pada pasien untuk segera menghubungi dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Jelaskan pada pasien bahwa perawatan sangat diperlukan .
Anjurkan pasien untuk check up.
Rasionalisasi :
Kesanggupan melakukan pengobatan bertambah setelah pasien memahami keterkaitan antara kondisi kesehatan dan penanganannya.
Dengan check up untuk menghindari kemungkinan terinfeksi kembali.
 Implementasi
Dx 1
Memantau toleransi terhadap aktivitas.
Memeriksa denyut nadi sebelum dan sesudah aktivitas.
Merencanakan aktivitas yang memungkinkan untuk periode istirahat.
Mengurangi aktivitas pasien.
Membantu aktivitas sehari – hari sesuai keperluan.
Menganjurkan pasien untuk tirah baring
Dx 2
Menjelaskan pasien tentang keadaannya.
Membantu kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Mengalihkan perhatian pasien.
Melibatkan keluarga dalam perawatan.
Menciptakan lingkungan yang tenang .
Mengonsulkan kepada dokter jika pasien tetap cemas.
Dx 3
Mengobservasi suhu tubuh setiap 4 jam.
Menciptakan lingkungan yang nyaman.
Menganjurkan pasien untuk menggunakan selimut tipis.
Melaksanakan terapi dokter.
Dx 4
Meyakinkan pasien untuk segera menghubungi dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menjelaskan kepada pasien bahwa perawatan sangat diperlukan .
Menganjurkan pasien untuk check up setiap 2 bulan setelah pengobatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket